Lebih dari Sebuah Catatan Lapangan: Buruh Menulis untuk Berani

Catatan lapangan merupakan elemen utama dalam pengumpulan data, informasi dan cerita, terutama saat bekerja bersama masyarakat, nelayan, pekerja atau buruh. Catatan ini berfungsi sebagai rekaman pengamatan langsung yang mendokumentasikan peristiwa, interaksi, percakapan, serta kondisi sosial dan lingkungan di lokasi kerja lapangan. Mengingat kebutuhan praktik catatan lapangan ini cukup vital, maka DFW Indonesia menyelenggarakan kegiatan “Pelatihan Menulis Catatan Lapangan untuk Buruh dan Aktivis Sosial. Kegiatan ini diisi oleh A. Firas Khudi, Peneliti Yayasan Pena Umat. Kegiatan pelatihan berlangsung di Jakarta pada Selasa, 11 Februari 2025.

Dalam sesi pelatihan ini, Firas berbagi kepada peserta mengenai bagaimana cara menyusun catatan lapangan yang baik.

“Catatan lapang termasuk dalam salah satu dari tiga teknik observasi, dimana membuat catatan lapang berarti kita membuat catatan atas observasi yang sudah kita lakukan, baik partisipatif ataupun non-partisipatif, secara sistematis.” ujar Firas. 

Meskipun catatan lapangan seringkali dipakai oleh etnografer dan peneliti lapangan, namun pelatihan ini juga menyasar kepada profesi lain seperti buruh dan pekerja sosial. Tujuan dari pelatihan ini sendiri adalah untuk meningkatkan keterampilan dasar dalam melakukan observasi sistematis di lingkungan kerja & sosial, mencatat secara akurat & detail hasil pengamatan dalam lingkungan kerja & sosial, dan mengorganisasi serta merapikan catatan agar dapat digunakan dalam analisis lebih lanjut. 

Ayu Rikza, Peneliti DFW Indonesia, turut menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program DFW Indonesia untuk meningkatkan keterampilan buruh, peneliti, dan pekerja sosial khususnya di bidang kelautan dan perikanan. 

“Kelas menulis ini ingin mendorong agar buruh ABK secara mandiri dapat menyalurkan pengalaman, membagikan cerita, dan menyuarakan pendapat. Terlebih, apa yang terjadi di atas kapal saat melaut serta bagaimana situasi kerja yang mereka hadapi hampir tidak pernah bisa dipotret dengan baik dan akurat oleh mekanisme pengawasan yang ada. Pelatihan ini nantinya ingin mendorong buruh ABK dapat menuliskan secara berani cerita empiris kegiatan mereka dari perspektif orang pertama dan kelak dapat menginspirasi buruh-buruh ABK lainnya agar berani dan bahu-membahu bersolidaritas memperjuangkan perbaikan pada lingkungan dan proses kerja mereka. Seperti kata Pram, menulis adalah keberanian dan kami ingin memulai memupuk keberanian para ABK dari kelas ini,” ujarnya.

Kegiatan ini dihadiri peserta secara luring di Kantor DFW Indonesia dan daring via Zoom. Para peserta secara aktif berdiskusi dan langsung melakukan praktik membuat catatan lapangan mereka sendiri berdasarkan situasi contoh yang diberikan. Salah satu peserta, Dika seorang penyintas ABK, menyampaikan bagaimana kesannya atas kegiatan pelatihan ini. 

“Pelatihan ini menarik dan membuka mata saya bahwa ternyata hal sederhana seperti catatan bisa membuka pengetahuan yang lebih luas untuk digali dan menjadi bahan penting setelah melakukan observasi, khususnya dalam melakukan penulisan pengalaman sebagai ABK.” kata Dika yang pernah menjadi korban kerja paksa saat menjadi ABK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mari tetap terhubung dengan kami

Kamu Tertarik Dengan kagiatan Kami?

Dukung kami untuk bisa terus berdampak melalui merchandise berikut: