Lima Area Kunci Keberlanjutan Perikanan

Lima Area Kunci Keberlanjutan Perikanan

Lima Area Kunci Keberlanjutan Perikanan berdasarkan Laporan dari Joint Packard dan Walton Family Foundation yaitu teridentifikasi 5 area kunci yang dibutuhkan dalam indudtri perikanan untuk mengembangkan permintaan pasar yang berkelanjutan di pasar Amerika Latin dan Asia. Hal ini dijelaskan oleh Senior Program Officer WFF Teresha Ish dalam acara “Latin America Summit for Fishing and Aquaculture Sustainability.”

Teresha Ish, pengelola hibah program lingkungan WFF, pemanfaatan kekuatan rantai supply chain dibutuhkan untuk mengadvokasi keberlanjutan perikan. Merujuk pada laporan “The Strategi behind Sustainable Seafood Philantrophy – A Briefing for Industry from the Packard and Walton Family Foundation” yang melakukan evaluasi bersama dua yayasan Global Seafood Strategies. Laporan tersebut meninjau progress selama 20 tahun terakhir terkait movement keberlanjutan perikanan global dan mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi kedepannya.

Laporan ini tidak terfokus di perairan Amerika Latin dalam proses evaluasi pasarya, namun diyakini strategi ini dapat berhasil di pasar yang lebih maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini dapat diterapkan dengan realitas lokal dan diadaptasi di seluruh dunia. Lima fokus bidangnya ialah:

1. Enforcement (Penegakan): Alat kunci untuk memastikan tiap sektor mengikuti aturan yang ada. Perlu dipastikan bahwa aturan yang ada diterapkan dan ditaati dengan benar.

2. Local Capacity (Kapasitas Lokal): Keberadaan Organisasi Lokal yang dekat dengan area perikanan akan lebih efektif daripada keterlibatan organisasi internasional yang bekerja dalam jangka waktu tertentu. Sehingga penting untuk memberdayakan industri lokal, LSM lokal, dan komunitas nelayan lokal untuk mengelola keberlanjutan perikanan.

3. Transparency (Trasnparansi): Keberanjutan tidak hanya tentang hal yang terlihat dalam sebuah produk. Adanya transparansi dan kepercayaan merupakan hal penting untuk klaim terkait keberlanjutan. Hal ini termasuk informasi bagaimana sebuah produk di produksi dan bagaimana pelaku perikanan diperlakukan dalam proses tersebut. Informasi ini ditangani oleh pihak yang mengidentifikasi terkait keberlanjutan, baik perihal sertifikasi pemerintah maupun kebijakan pembelian internal. Adanya hal ini dan stardar pembanding, merupakan hal penting dalam menentukan arah perikanan berkelanjutan.

4. Government Capacity (Kapasitas Pemerintah):  Perlunya menempatkan pemerintah yang memiliki kapasitas dan kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Sehingga akan tercapainya tujuan perikanan yang berkelanjutan. Pemerintah juga perlu memperhatikan sektor perikanan dan kesejahteraan financial masyarakat dalam jangka panjang sambil juga memperhatikan sektor lingkungan. Kedua hal ini sangat berkaitan erat.

5. Market Infrastructure (Infrastruktur Pasar): Menurut laporan yang dipaparkan, penting untuk mengetahui bentuk supply chain. Untuk mengidentifikasi perantara dan pembeli akhir dan melacak progres keberlanjutan. Memastikan transparansi untuk menandai permintaan perikanan yang berkelanjutan.

Dalam laporan yang dipaparkan oleh Ish, Region Amerika Latin menjadi salah satu sektor yang fokus dalam produksi perikanan. Sebagian besar nelayan di Amerika Latin telah merespon terkait permintaan mengenai perikanan berkelanjutan. Lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan yang cepat terhadap perikanan dan kegiatan perikanan yang tersertifikasi di region tersebut.

Baca Juga : Inkonsistensi Implementasi Aturan Alat Tangkap Ikan

Di waktu yang sama, evaluasi mengenai perikanan berkelanjutan membahas isu apakah pelaku perikanan dan nelayan benar mendapat manfaat dari sumber yang berkelanjutan. Ish juga menyuarakan agar dalam pergerakan perikanan berkelanjutan untuk memahami pihak yang bertanggung jawab dalam proses transisi menuju perikanan berkelanjutan dan pihak yang mendapat manfaat.

Penting untuk mengakui bahwa penerapan perikanan berkelanjutan tidak hanya tentang peningkatan harga menjadi kelas premium. Perlu dipahami bahwa nelayan merupakan salah satu pihak yang harus melakukan banyak perubahan dalam praktik mereka saat menangkap ikan sehingga memiliki beban yang besar dalam proses transisi menuju perikanan berkelanjutan. Tetapi saat perikanan berkelanjutan sudah berjalan dan diimplementasi dengan baik, nelayan akan mendapat keuntungan dimana mereka membutuhkan upaya lebih kecil dalam melakukan penangkapan. Mereka juga akan memiliki hasil yang lebih tinggi dan itu merupakan suatu keuntungan.

Pemerintah Melupakan Pemulihan Ekonomi Perikanan
Hasil perikanan Indonesia

Pada level yang lebih tinggi, pelaku produk perikanan berkelanjutan seperti Global Tuna Alliance yang melakukan pengelompokan utama importer dan retail tuna di UK. Calamasur organisasi importir Squid (Cumi-cumi), mereka turut berupaya merubah peraturan dan manajemen seputar cumi-cumi di sektor perikanan.

Pertayaan besar yang muncul ialah bagaimana kita menjangkau level yang lebih tinggi dalam produk perikanan berkelanjutan. Hal ini merupakan sesuatu yang perlu dipahami bersama karena tidak hanya sebatas satu rantai pasar ke pasar lainnya Hal ini membutuhkan kerjasama lintas pasar untuk bergerak bersama dalam mengatur rantai permintaan global dan dibutuhkan sebuah model yang dibentuk secara bersama. Kegiatan merupakan suatu hal yang terus berulang, Jadi perlu untuk saling mempelajari satu sama lain agar tujuannya tercapai.

Saat ini lebih dari 90 persen pelaku usaha perikanan retail di Amerika bagian utara dan lebih dari 85 persen di Eropa bagian utara telah berkomitmen untuk menjalankan perikanan yang berkelanjutan. Pada timgkat global, 35 persen dari hasil perikanan global telah tersertifikasi, diantaranya merah, kuning dan hijau untuk mengindikasi level sustainabilitasnya atau dalam hal peningkatan kegiatan perikanan (FIP). Penerapan hal ini telah meningkat dalam kurun waktu ini, pelaku industry juga kini ikut mengeluarkan biaya untuk melakukan sertifikasi dan perusahaan lokal sekarang telah menerapkan sistem FIP.

Teresha Ish berharap America Latin dapat mempelajari pasar perikanan lebih luas kedepannya dan memanfaatkan momentum yang akan hadir dalam rantai pasokan global sehingga dapat beralih ke perikanan berkelanjutan secara luas. Teresha Ish juga menyatakan bahwa level perikanan global berkelanjutan akan bisa digapai bersama. Karena jika hal ini tidak tercapai dikhawatirkan stok ikan yang sehat dan indutri perikan berkembang tidak akan tercapai.

Baca Juga : Pemerintah harus hantikan jatuhnya korban ABK Ikan

Pertanyaaan selanjutnya, bagaimana dengan tata kelola perikanan di Indonesia saat ini?. Apakah sudah dalam jalur yang ideal sesuai 5 prinsip tersebut atau kita masih ketinggalan. Semua pihak terkait mesti duduk bersama untuk mendiskuskan hal ini dan menyusun peta jalan bersama.

Penerjemah: Asrul Setyadi, peneliti DFW Indonesia

Kontributor: Christian Molinari dari Seafood Source

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mari tetap terhubung dengan kami