Ngobrol Film Dokumenter “Cut to Cut”

DENPASAR – DFW Indonesia berpartisipasi dalam acara nonton bareng (nobar) dan diskusi bertajuk “Nasib Serikat Pekerja di Bali” di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kesiman, Denpasar, pada Jumat (21/2/2025). Acara ini menyoroti tantangan yang dihadapi serikat pekerja di berbagai sektor, termasuk industri media hingga perikanan.

Sebelum diskusi, hadirin disuguhkan pemutaran film dokumenter “Cut to Cut” dengan sutradara Miftah Faridl (Pendiri Solidaritas Pekerja CNN Indonesia). Film ini menggambarkan perjuangan para pekerja CNN Indonesia dalam menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak serta pemberangusan serikat pekerja (union busting). Film ini memberikan wawasan mendalam tentang hak-hak pekerja dan kesulitan dalam mendirikan serta mempertahankan serikat pekerja di dunia jurnalistik.

Diskusi yang dimoderatori oleh Ketua Bidang Advokasi AJI Denpasar, I Wayan Widyantara atau akrab dipanggil Ara, menghadirkan tiga narasumber dari berbagai latar belakang, yaitu Laode Hardiani dari Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia, dan Ignatius Rhadite dari LBH Bali dan Ida I Dewa Made Rai Budi dari Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM).

Dalam pemaparannya, Ida I Dewa Made Rai Budi menegaskan bahwa serikat pekerja adalah wadah bagi pekerja untuk mengorganisir diri, bukan sekadar tempat mencari perlindungan saat menghadapi masalah di tempat kerja. ”Serikat pekerja itu ibaratnya seperti rumah sakit. Biasanya, serikat pekerja baru dibentuk ketika para pekerja sudah ada masalah. Padahal, harusnya serikat pekerja dibangun dan dikuatkan sejak awal,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti dampak Undang-Undang Cipta Kerja yang dinilai mempersempit ruang gerak serikat pekerja. ”Pemerintah dan pengusaha sering melihat serikat sebagai oposisi atau ancaman, padahal tidak ada perusahaan yang bangkrut hanya karena adanya serikat pekerja,” tambahnya.

Sementara itu, Laode Hardiani mengangkat persoalan buruh perikanan yang bekerja dengan risiko tinggi di laut. ”Mereka bertaruh nyawa saat bekerja. Jaminan Sosial keselamatan kerja, serta Upah yang layak menjadi isu utama yang harus diperjuangkan,” katanya.

Ia juga menyoroti ancaman dan diskriminasi yang sering dihadapi para Pekerja yang bekerja di kapal penangkap ikan.

Baca Juga: Bali Bentuk Forum Multistakeholder Pelindungan Pekerja Perikanan

Upaya upaya pemberangusan buruh yang bergabung dalam Forum Solidaritas Pekerja, yang dianggap sebagai serikat tandingan.

Dari perspektif hukum, Ignatius Rhadite dari LBH Bali mengungkapkan bahwa sepanjang 2023–2024,
kasus perburuhan cukup tinggi di Bali, di mana terjadi 42 kasus. ”Berserikat menjadi langkah penting untuk memperjuangkan hak-hak pekerja, mengingat ancaman PHK dan eksploitasi terus mengintai. Dengan berserikat, pekerja bisa lebih sejajar dengan pemilik modal,” tegasnya.

Ketua AJI Denpasar, Ayu Sulistyowati, menekankan bahwa film “Cut to Cut” ini menjadi cermin bagi jurnalis tentang risiko PHK yang bisa menimpa siapa saja, termasuk mereka yang bekerja di industri media. ”Kami berharap serikat pekerja tidak hanya tumbuh di kalangan jurnalis, tetapi juga di berbagai sektor lainnya di Bali,” ujarnya.

Diskusi ini menjadi momentum penting dalam meningkatkan kesadaran pekerja di Bali tentang pentingnya berserikat serta memperjuangkan hak-hak mereka dalam menghadapi dinamika ketenagakerjaan yang terus berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mari tetap terhubung dengan kami

Kamu Tertarik Dengan kagiatan Kami?

Dukung kami untuk bisa terus berdampak melalui merchandise berikut: