Proyek Percontohan Pelabuhan Perikanan Bersih
Memikirkan Kembali Sampah Plastik sebagai Ekonomi Sirkular
Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia pada hari senin 16 Agustus 2021 di Kantor UPT PPP Tegalsari melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi sekaligus memaparkan hasil kajian penilaian cepat status dan kondisi pengelolaan sampah di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari. Kegiatan ini merupakan rangkaian proses dari pelaksanaan Proyek Percontohan Pelabuhan Perikanan Bersih yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik sebagai pencemaran laut berbasis kawasan pelabuhan perikanan. Proyek percontohan ini didanai oleh Uni Eropa dan Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) sebagai bagian dari proyek The Rethinking Plastics – Circular Economy Solutions to Marine Litter.
Fendiawan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap DFW Indonesia yang mengusulkan proyek percontohan Pelabuhan Perikanan Bersih dilaksanakan di PPP Tegalsari Kota Tegal. Diharapkan proyek percontohan ini dapat mengatasi permasalahan pengelolaan sampah khususnya sampah plastik serta mengoptimalkan tata kelola sampah di kawasan PPP Tegalsari yang dinilai sebagai pelabuhan perikanan terjorok dan terkumuh. Masih dalam sambutannya, Fendiawan menyampaikan padatnya aktivitas dan peningkatan armada perikanan tangkap setiap tahunnya, tentunya menimbulkan berbagai permasalahan, termasuk salah-satunya mengenai sampah. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga, dalam berbagai kesempatan kunjungan telah melihat secara langsung dan merencanakan perbaikan pelabuhan sehingga dapat ditingkatkan menjadi pelabuhan bertaraf internasional.
Sementara Hartono, National Project Coordinator DFW Indonesia untuk Proyek Percontohan Pelabuhan Perikanan Bersih menyampaikan kerangka kerja secara umum proyek percontohan yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 11 bulan. Sebagai tahap awal telah dilaksanakan kegiatan kajian penilaian cepat status pengelolaan sampah di PPP Tegalsari terutama berkaitan dengan kondisi infrastruktur, sumberdaya manusia, kebijakan serta efektifitas sistem pengelolaan sampah yang telah berjalan. Selain itu dilakukan juga pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan jumlah timbulan sampah, volume dan komposisi serta pemetaan aktivitas dalam kawasan PPP Tegalsari yang menjadi sumber sampah.
Nur Rezki Hajar, Waste Management Specialist dari DFW Indonesia menyatakan bahwa jumlah timbulan sampah di kawasan PPP Tegalsari mencapai 2 juta ton perharinya di musim sepi aktivitas dan estimasinya lebih tinggi pada musim padat aktivitas. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik yang berpotensi untuk dikelola untuk menambah nilai ekonomi. Selain itu terdapat potensi kebocoran sampah plastik ke laut dari aktivitas perikanan tangkap mencapai 11,2 ton per trip dari total 958 armada perikanan tangkap yang terdata. Sampah plastik ini berasal dari perbekalan yang dibutuhkan selama 60 hari dalam satu kali trip.
Dalam diskusi yang berlangsung penekanan diberikan pada upaya meningkatkan peran dan keterlibatan para pihak dalam kawasan PPP Tegalsari untuk bersama-sama mengoptimalkan pengelolaan sampah. Untuk itu kelembagaan melalui kelompok kerja yang dibentuk serta kerjasama antara otoritas pengelola PPP Tegalsari, pemerintah kota Tegal dan pelaku usaha perikanan menjadi prioritas utama. Guna mengantisipasi kebocoran sampah di laut dari aktivitas perikanan tangkap perlu ada mekanisme yang mengatur sehingga potensi sampah plastik dari perbekalan maupun alat tangkap yang tidak terpakai lagi selama trip penangkapan ikan, tidak dibuang ke laut namun dibawa kembali ke pelabuhan perikanan pangkalan. Selanjutnya sampah plastik dapat dikelola lebih lanjut dalam kawasan pelabuhan agar memberikan manfaat nilai ekonomi bagi nelayan dan otoritas pengelola pelabuhan itu sendiri.
Narahubung :
Hartono
National Project Coordinator DFW Indonesia
081355333414